bedanya pph 21 dan 23

Halo Sahabat Onlineku!

Selamat datang kembali di platform pengetahuan online kami. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas topik yang sering kali membuat bingung para wajib pajak, yaitu Peraturan Pajak Penghasilan (PPh) 21 dan 23. Melakukan perhitungan pajak seringkali membingungkan, terutama jika tidak memiliki pemahaman yang cukup mengenai perbedaan antara PPh 21 dan PPh 23. Oleh karena itu, dalam artikel ini, kami akan memberikan penjelasan yang lengkap dan detail mengenai bedanya PPh 21 dan 23, sehingga Anda dapat lebih memahami peraturan-peraturan tersebut.

Pendahuluan

PPh 21 dan PPh 23 adalah dua jenis pajak penghasilan yang berlaku di Indonesia. Namun, keduanya memiliki peraturan dan ketentuan yang berbeda. PPh 21 merupakan pajak yang dikenakan pada penghasilan yang diterima oleh pekerja atau karyawan dari pemberi kerja. PPh 23, di sisi lain, merupakan pajak yang dikenakan pada penghasilan dari penyewaan atau penggunaan properti, seperti rumah, kios, atau ruko. Perbedaan utama antara kedua pajak ini terletak pada objek pajak dan tarif yang dikenakan.

1. Objek Pajak

Perbedaan pertama yang perlu Anda ketahui adalah objek pajak dari PPh 21 dan PPh 23. PPh 21 berlaku untuk penghasilan yang diterima oleh pekerja atau karyawan, sedangkan PPh 23 berlaku untuk penghasilan dari penyewaan atau penggunaan properti.

😃

2. Tarif Pajak

Tarif pajak juga menjadi perbedaan yang cukup penting antara PPh 21 dan PPh 23. PPh 21 memiliki tarif pajak yang bersifat progresif, yang berarti tarif pajak akan meningkat seiring dengan meningkatnya penghasilan. Tarif pajak PPh 21 berkisar antara 5% hingga 30% tergantung pada besaran penghasilan. Sedangkan PPh 23 memiliki tarif tetap sebesar 2% dari nilai sewa.

😄

3. Pelaporan Pajak

Selain itu, cara pelaporan pajak juga berbeda antara PPh 21 dan PPh 23. PPh 21 dilaporkan secara bulanan oleh pihak pengusaha atau perusahaan kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Sedangkan PPh 23 dilaporkan secara tahunan oleh pihak pemilik properti.

😊

4. Penggunaan Dana Pajak

Perbedaan lainnya terletak pada penggunaan dana pajak yang telah dibayarkan. Dalam PPh 21, dana pajak yang telah dibayarkan dapat digunakan oleh wajib pajak sebagai kredit pajak yang dapat dipotong dari pajak yang harus dibayar pada bulan berikutnya. Sedangkan dalam PPh 23, dana pajak yang telah dibayarkan tidak dapat digunakan sebagai kredit pajak atau dipotong dari pajak di tahun berikutnya.

😉

5. Jenis Penerimaan Pajak

Selain itu, perbedaan lainnya adalah jenis penerimaan pajak yang diberikan oleh PPh 21 dan PPh 23. PPh 21 merupakan jenis penerimaan pajak yang disetorkan langsung oleh pihak pengusaha atau perusahaan kepada DJP. Sedangkan PPh 23 merupakan jenis penerimaan pajak yang disetorkan oleh pihak penyewa atau pengguna properti kepada DJP.

🙂

6. Subjek Pajak

Perbedaan lainnya adalah subjek pajak yang terlibat dalam PPh 21 dan PPh 23. PPh 21 berlaku bagi pekerja atau karyawan yang menerima penghasilan dari pemberi kerja. Sedangkan PPh 23 berlaku bagi pemilik properti yang mendapatkan penghasilan dari penyewaan atau penggunaan propertinya.

😌

7. Kelebihan dan Kekurangan

Setiap peraturan pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan dari PPh 21 dan 23 secara detail:

Kelebihan PPh 21

– Dapat memperoleh kredit pajak sebagai potongan pajak pada bulan berikutnya.

– Pajak yang dibayarkan langsung oleh pemberi kerja memudahkan proses pengurusan pajak bagi karyawan.

– Tarif pajak yang progresif dapat memberikan keringanan pajak bagi penghasilan yang kecil.

👍

Kekurangan PPh 21

– Proses pelaporan yang membutuhkan waktu dan perhitungan yang rumit bagi pemberi kerja.

– Bagi karyawan yang memperoleh penghasilan tambahan di luar gaji pokok, seperti tunjangan atau bonus, tarif pajak yang tinggi dapat membuat jumlah penghasilan yang diterima berkurang secara signifikan.

– Karyawan harus lebih berhati-hati dalam mengelola penghasilan tambahan agar tidak terkena tarif pajak yang tinggi.

👎

Kelebihan PPh 23

– Tarif pajak yang tetap memberikan kepastian bagi pemilik properti dalam perhitungan pajak yang harus dibayarkan setiap tahun.

– Proses pelaporan yang dilakukan secara tahunan memberikan kenyamanan bagi pemilik properti.

– Pemilik properti dapat memprediksi jumlah pajak yang harus dibayarkan dan menghitung keuntungan dari penyewaan atau penggunaan properti dengan lebih mudah.

👍

Kekurangan PPh 23

– Dalam beberapa kasus, tarif pajak tetap 2% dari nilai sewa dapat membuat jumlah pajak yang harus dibayarkan menjadi tinggi, terutama jika nilai sewa properti tersebut cukup besar.

– Bagi pemilik properti dengan pendapatan rendah atau properti yang belum menghasilkan pendapatan, pajak yang harus dibayarkan tetap 2% dari nilai sewa, yang dapat memberatkan pemilik properti tersebut.

👎

Perbedaan PPh 21 PPh 23
Objek Pajak Penghasilan Karyawan Penghasilan dari Penyewaan Properti
Tarif Pajak Tarif Progresif (5% – 30%) 2% dari Nilai Sewa
Pelaporan Pajak Bulanan Tahunan
Penggunaan Dana Pajak Bisa menjadi Kredit Pajak Tidak dapat digunakan untuk kredit pajak
Jenis Penerimaan Pajak Dilakukan oleh Pengusaha/Perusahaan Dilakukan oleh Penyewa/Pengguna Properti
Subjek Pajak Karyawan/Pekerja Pemilik Properti

Pertanyaan Umum (FAQ)

1. Apa bedanya PPh 21 dan 23?

Jawaban: PPh 21 dikenakan pada penghasialan karyawan, sedangkan PPh 23 dikenakan pada penghasilan dari penyewaan properti.

2. Apakah tarif pajak PPh 21 berlaku untuk semua penghasilan?

Jawaban: Tidak, tarif pajak PPh 21 bersifat progresif dan tergantung pada besaran penghasilan. Tarif pajak berkisar antara 5% hingga 30%.

3. Bagaimana cara melaporkan PPh 23?

Jawaban: PPh 23 dilaporkan secara tahunan oleh pemilik properti.

4. Apakah dana pajak PPh 21 bisa digunakan sebagai kredit pajak?

Jawaban: Ya, dana pajak PPh 21 yang telah dibayarkan bisa digunakan sebagai kredit pajak pada bulan berikutnya.

5. Apakah tarif pajak PPh 23 tetap?

Jawaban: Ya, tarif pajak PPh 23 tetap sebesar 2% dari nilai sewa.

6. Bagaimana proses pembayaran PPh 21?

Jawaban: PPh 21 dibayarkan langsung oleh pemberi kerja kepada Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

7. Siapa yang terkena PPh 23?

Jawaban: PPh 23 dikenakan pada pemilik properti yang mendapatkan penghasilan dari penyewaan atau penggunaan properti tersebut.

Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa PPh 21 dan PPh 23 memiliki perbedaan yang signifikan dalam objek pajak, tarif pajak, pelaporan pajak, penggunaan dana pajak, jenis penerimaan pajak, dan subjek pajak. Kelebihan dan kekurangan masing-masing pajak juga perlu diperhatikan dalam menentukan mana yang lebih menguntungkan bagi Anda. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan ketentuan dan peraturan dalam menghitung dan melaporkan pajak Anda. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli pajak untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dan sesuai dengan kebutuhan Anda.

Disclaimer

Informasi yang terdapat dalam artikel ini bersifat umum dan bertujuan untuk memberikan pemahaman awal mengenai perbedaan antara PPh 21 dan PPh 23. Pastikan untuk selalu mengacu pada peraturan dan ketentuan yang berlaku serta berkonsultasi dengan ahli pajak untuk situasi yang lebih spesifik dan rinci. Penulis artikel tidak bertanggung jawab atas kesalahan atau kerugian yang mungkin timbul akibat penggunaan informasi ini tanpa pengawasan dan konsultasi langsung dengan ahli pajak yang berwenang.